Kamis, 24 Februari 2011

Analisis Pengaruh Pengangguran terhadap dampak positif dan negartif dalam perekonomian nasional

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasawarsa terakhir dunia masih diwarnai era baru yakni pertumbuhan
pengangguran. Pengangguran pada berbagai dimensinya menjadi satu beban pada
perekonomian. Dampak pada perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat
dikhawatirkan juga akan muncul sejalan tingginya pertumbuhan angka
pengangguran tersebut. Kajian pertumbuhan pengangguran pada dasawarsa 1960-
an di negara-negara industri menyebutkan bahwa minimalisasi pengangguran
melalui peningkatan output dengan penciptaan lapangan kerja membawa dampak
signifikan pada pengurangan pengangguran. Keberhasilan pembangunan ekonomi
ini hanya dapat dicapai melalui kekuatan akumulasi modal dan industrialisasi.
Pembangunan sektor industri akan mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri serta
menyerap kelebihan tenaga kerja di pedesaan (Todaro, 1998).
Proses penyerapan tenaga keja dengan peningkatan output memerlukan
waktu. Namun sejalan dengan pertumbuhan pencari kerja yang masih tinggi serta
tekanan ekonomi yang makin berat pada negara berkembang ternyata penciptaan
lapangan kerja baru belum cukup untuk bisa menyelesaikan permasalahan
pertumbuhan pengangguran. Perluasan industri guna meningkatkan output tidak
dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan industri yang
berkembang yang bercirikan padat modal daya serap terhadap tenaga kerja juga
terbatas (Todaro, 1998).
Pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia merupakan satu
kesatuan tujuan pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia setelah
melalui krisis pada akhir 1990-an. Bangsa Indonesia tidak lagi ingin menyaksikan
keadaan saling meniadakan antara pertumbuhan dan keadilan sosial, antara
ekonomi yang baik dengan politik yang sehat, antara kesejahteraan masyarakat
dan individu. Saat ini, bangsa Indonesia mendambakan adanya kebijakan publik
yang menganut prinsip manusia bukan hanya alat pembangunan, tapi juga
menjadi tujuan akhir pembangunan (Bappenas, BPS, UNDP, 2004).
2
Pembangunan ekonomi dapat menjadi penopang pembangunan manusia jika
pembangunan ekonomi berkualitas. Pembangunan ekonomi yang merata dan
dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduk akan membawa dampak nyata pada
perubahan pembangunan manusia. Upaya untuk menciptakan kenaikan output
nasional diharapkan akan mampu juga menyerap tenaga kerja. Peningkatan
penyerapan tenaga kerja dengan diikuti perbaikan nasib tenaga kerja akan ikut
pula meningkatkan capaian hasil pembangunan ekonomi dan pembangunan
manusia. Pada beberapa kondisi tertentu upaya perbaikan nasib pekerja (formal
maupun informal) dapat membawa dampak positif pada penyerapan tenaga kerja.
Namun tidak jarang pula upaya perbaikan nasib pekerja ini malah menurunkan
tingkat penyerapan tenaga kerja. Penelitian dari lembaga penelitian SMERU pada
tahun 2001 menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal perkotaan, dengan perkecualian
bagi pekerja kerah putih.
Peran pemerintah dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi
dirumuskan salah satunya dalam kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal ini memiliki
dua instrumen pokok yakni perpajakan (tax policy) dan pengeluaran (expenditure
policy). Dengan dua kompenen tersebut kebijakan fiskal mampu menjawab
pengaruh penerimaan dan pengeluaran negara terhadap kondisi perekonomian,
tingkat pengangguran, dan inflasi (Subiyantoro dan Riphat, 2004). Kebijakan
fiskal dalam ilmu ekonomi mencakup semua kebijakan yang menyangkut
anggaran belanja negara, sedangkan kebijakan moneter menyangkut masalah
jumlah uang, peredaran uang, nilai mata uang seperti diungkapkan dalam tingkat
bunga, kurs mata uang dan harga-harga barang (Frans Seda, 2004).
Upaya untuk meningkatkan output dan meningkatkan penyerapan tenaga
kerja dilakukan lewat kebijakan fiskal yakni pengaturan belanja pemerintah
daerah. Anggaran belanja pemerintah daerah yang merupakan cerminan ke mana
arah pembangunan daerah tersebut, kadang tidak membawa pengaruh pada
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Besarnya anggaran belanja pemerintah
daerah yang berbeda antar daerah menyebabkan dampak yang berbeda pula pada
capaian peningkatan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Anggaran
belanja pemerintah daerah diyakini mampu menjadi stimulan positif pada perekonomian daerah. Belanja pemerintah daerah dapat pula menjadi investasi
infrastuktur yang menunjang investasi produktif.
Upaya peningkatan output daerah dan penyerapan tenaga kerja dengan
dorongan peran pemerintah lewat kebijakan fiskal daerah merupakan satu
fenomena ekonomi yang saling berhubungan. Dalam beberapa kasus
permasalahan ekonomi tidak unik, satu kondisi berhubungan dengan kondisi
lainya. Dalam suatu sistem perekonomian hal ini dapat digambarkan dalam suatu
model persamaan simultan. Sseddigh, Lawler, dan Katos (2000) menyebutkan
bahwa fenomena ekonomi tidak unik. Dalam beberapa kasus persamaan tunggal
yang diteliti saling berhubungan dengan persamaan tunggal lainya, mereka bagian
dari fenomena yang lebih luas yang dapat dijelaskan oleh sebuah sistem
persamaan.
Erwan (2002), melakukan penelitian tentang kesenjangan perekonomian
antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Lampung dengan menggunakan model
persamaan simultan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel
variabel ekonomi kabupaten kota di Provinsi Lampung selama kurun waktu 1984-
1999. Studi ini menggunakan 11 persamaan dengan 8 persamaan struktural dan 3
persamaan identitas dalam model persamaan simultan. Hasil penelitian yang
dilakukan Erwan (2002) menunjukan adanya tingkat kesenjangan antar daerah
kabupaten/kota yang diperlihatkan melalui indeks Williamson pada 4 kabupaten
kota di Provinsi Lampung.
Penelitian yang dilakukan Waluyo (2007), dengan menggunakan variabelvariabel
kebijakan fiskal daerah melihat dampak desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah di Indonesia.
Model hubungan ekonomi makro antar variabel yang digunakan dalam penelitian
ini dirumuskan dalam model persamaan simultan. Parameter dalam model
persamaan simultan dalam penelitian ini diestimasi dengan metode 2SLS (Two
Stage Least Square). Hasil penelitian Waluyo (2007) menunjukkan nilai
parameter model persamaan simultan yang sesuai dengan teori ilmu ekonomi.
Desentralisasi fiskal di Indonesia menghasilkan dampak pertumbuhan ekonomi
yang negatif pada instrumen dana bagi hasil namun pada intrumen dana alokasi
umum menjadi faktor pendorong yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Dampak desentralisasi fiskal secara umum belum mampu mengurangi
kesenjangan pendapatan antar daerah.
Penelitian ini ingin melihat pengaruh kebijakan fiskal pemerintah daerah
(perubahan jumlah belanja pemerintah daerah) pada peningkatan output dan
penyerapan tenaga kerja. Dalam perspektif neoklasik sumber-sumber
pertumbuhan output regional antara lain adalah pertumbuhan stok modal,
pertumbuhan angkatan kerja, dan perkembangan teknologi (Wibisono, 2004).
Dalam perspektif pertumbuhan endogen peningkatan output juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan angkatan kerja. Kebijakan fiskal sebagaimana disebutkan di atas
membawa pengaruh pada pada perekonomian negara dan ketenagakerjaan (Riphat
dan Subiyantoro, 2004). Teknik analisis yang digunakan untuk meneliti interaksi
fenomena ekonomi ini adalah dengan model sistem persamaaan simultan.
Model persamaan simultan memberikan informasi yang lengkap mengenai
keterkaitan antara satu variabel ekonomi dengan variabel lainya bahkan yang
memiliki hubungan dua arah sekalipun dalam menjelaskan permasalahan ekonomi
yang ada. Permasalahan ekonomi dalam beberapa kasus tidak cukup dijelaskan
dengan persamaan tunggal namun terhubung dengan persamaan lainya. Hubungan
yang saling mempengaruhi ini dapat terangkum dalam satu sistem persamaan
simultan.
Metode estimasi parameter struktural pada model sistem persamaan
simultan dikelompokkan menjadi 2 cara yakni; (1). Metode persamaan tunggal
(single equation methods of estimation), (2) metode estimasi sistem (sistem
methods of estimation). Pada metode persamaan tunggal estimasi parameter dapat
dilakukan dengan 2SLS untuk pendugaan parameter strukturalnya.
2SLS digunakan untuk estimasi parameter persamaan struktural pada sistem
persaman simultan jika identifikasi sistem persamaan simultan menunjukan
overidentified (Sseddigh, dkk. 2000). Keuntungan menggunakan 2SLS (two stage
least square) antara lain karena metode ini dapat diterapkan pada suatu persamaan
individual dalam sistem secara tanpa langsung memperhitungkan persamaan lain
dalam sistem. Selain itu 2SLS menawarkan model yang ekonomis, 2SLS hanya
memberikan satu taksiran tiap parameter dalam persamaan yang overidentified.
Metode 2SLS juga mudah untuk diterapkan karena semua yang diperlukan untuk mengetahui hanyalah banyaknya variabel eksogen atau predetermined variabel
yang ditetapkan lebih dahulu secara total tanpa mengetahui variabel manapun
dalam sistem.
Penggunaan sistem persamaan simultan pada penyerapan tenaga kerja
Provinsi Jawa Tengah menggunakan data panel. Data panel ini memiliki corak
time series dan cross section sekaligus. Dengan 35 kabupaten/kota dan 6 tahun
pengamatan membuat jumlah data yang terkumpul adalah 210 record data.
Penggunanan data panel menyebabkan penaksiran yang diperlukan untuk proses
estimasi dengan 2SLS melibatkan metode regresi data panel. Penggunaan fixed
effect model dengan least square dummy variabel (LSDV) untuk estimasi
parameter regresi pada 2SLS dengan data panel dipandang tepat karena akan
menghasilkan parameter yang memiliki informasi karakteristik berbeda antar unit
penelitian. Sehingga informasi yang diperoleh akan tidak jauh berbeda dari realita
sebenarnya. Pada LSDV intersep yang dihasilkan dari estimasi akan berbeda antar
unit namun slope-nya akan sama. Penggunaan 2SLS dengan fixed effect model
diharapkan akan mampu memberikan solusi yang mampu menjelaskan hubungan
variabel ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah dengan
35 kabupaten/kota dengan karakteristik variabel ekonomi yang berbeda.
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia ditandai dengan persentase
pengangguran terbuka yang besar pada daerah perkotaan. Persentase
pengangguran terbuka pada pedesaan relatif kecil karena persentase tenaga kerja
yang bekerja di sektor informal relatif tinggi. Tekanan ekonomi nasional membuat
penyerapan tenaga kerja disektor formal makin menurun tidak sejalan dengan
pertumbuhan angkatan kerja. Sektor pertanian yang menjadi alternatif penyerapan
tenaga kerja ternyata tidak memberikan perbaikan upah. Provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah angkatan kerja pada 2007 sebanyak 17,66 juta jiwa hanya terserap
dunia kerja sebanyak 16,30 juta. Persentase pengangguran terbuka terhadap
angkatan kerja sebesar 7,7 persen. Kondisi ini masih lebih baik dibandingkan
kondisi nasional yang memiliki persentase pengangguran terbuka terhadap
angkatan kerja sebesar 9,1 persen. Namun, penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah ini didominasi oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan yakni lebih
dari 57 persen. Padahal sektor pertanian dan sektor perdagangan merupakan sektor informal dengan tingkat upah tidak diatur oleh regulasi. Output terbesar
yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah yang dihitung dari distribusi
persentase PDRB adalah dari sektor industri. Sektor industri ini memberikan
kontribusi pada perekonomian Jawa Tengah sebesar 32 persen sedangkan sektor
pertanian hanya 20 persen. Produktifitas sektor industri memang jauh lebih tinggi
dari sektor pertanian.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah model ekonomi yang mampu menjelaskan hubungan antara
variabel kebijakan fiskal (belanja pemerintah daerah) dengan output
daerah dan penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah serta variabel
makroekonomi lainya yang diduga ikut berpengaruh secara simultan?
2. Bagaimanakah estimasi parameter model ekonomi penyerapan tenaga
kerja kabupaten/kota di Jawa Tengah melalui pendekatan persamaan
simultan menggunakan metode 2SLS dengan fixed effect model?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran umum perkembangan variabel kebijakan fiskal
pemerintah daerah (belanja pemerintah daerah, penerimaan pemerintah
daerah, pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan asli daerah) serta
variabel makroekonomi pemerintah daerah lainya (output daerah,
penyerapan tenaga kerja, UMR, dan total investasi daerah, dan tabungan)
yang diduga ikut berpengaruh dalam penyusunan model ekonomi
penyerapan tenaga kerja.
2. Mendapatkan model ekonomi yang mampu menggambarkan pengaruh
peningkatan belanja pemerintah daerah pada peningkatan output dan
penyerapan tenaga kerja dengan pendekatan persamaan simultan dengan
memperhatikan fixed effect model.
3. Mendapatkan estimator parameter model ekonomi penyerapan tenaga
kerja kabupaten/kota di Jawa Tengah melalui melalui pendekatan
persamaan simultan menggunakan metode 2SLS dengan fixed effect model.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan suatu model hubungan antara variabel kebijakan fiskal
(belanja pemerintah daerah) dengan output daerah dan penyerapan tenaga
kerja serta variabel makroekonomi lainya (investasi, penerimaan
pemerintah daerah, pajak, retribusi, pendapatan asli daerah, UMR, dan
PDRB perkapita) yang diduga ikut berpengaruh dalam penyusunan model
persamaan simultan penyerapan tenaga kerja.
2. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari perubahan variabel belanja
pemerintah daerah terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan
output sehingga memudahkan bagi pengambil kebijakan di daerah untuk
menentukan prioritas kebijakan publiknya.
1.5 Batasan Permasalahan
Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada aplikasi penggunaan metode
2SLS dengan fixed effect model untuk penaksiran parameter dalam model
persamaan simultan penyerapan tenaga kerja dengan data panel variabel-variabel
ekonomi kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2002 sampai 2007.

Rabu, 23 Februari 2011

PERKEMBANGAN PRODUK-PRODUK PERBANKAN

Ekspansi perbankan internasional yang disertai dengan adanya liberalisasi arus modal internasional, deregulasi pasar keuangan, revolusi teknologi komunikasi dan inovasi keuangan telah mengakibatkan kemajuan pesat dalam pasar keuangan global. Perkembangan tersebut mengakibatkan perubahan sangat besar dalam usaha perbankan dewasa ini. Perkembangan-perkembangan tersebut terjadi antara lain dalam hal cakupan aktivitas kegiatan, wilayah berusaha, dan produk-produk perbankan.’ Inovasi juga terjadi pada proses dan struktur kelembagaan. Contoh dari inovasi proses dalam aktivitas keuangan ini, antara lain, terciptanya Society for Worldwide International Financial Telecommunications (SWIFT) dan perkembangan sistem perdagangan saham di Amerika Serikat. Sementara itu, dari struktur kelembagaan telah terjadi perubahan yang sangat besar. Pola perubahan tersebut terjadi dari organisasi yang disebut sebagai “institusi opaque” (bank, perusahaan asuransi) kepada “institusi translucent” (mutual funds, pension funds) atau kepada “institusi transparent” (stock market, futures and options markets). Berbagai inovasi tersebut berdampak sangat besar terhadap pasar keuangan. Dampak tersebut berupa pengalihan risiko (risk transfer), peningkatan likuiditas (liquidity enhancement), peningkatan kredit (credit generation) dan peningkatan saham (equity generation). Tuntutan terhadap inovasi ini semakin meningkat dengan terjadinya peningkatan instabilitas dalam lingkungan keuangan internasional. Inovasi tersebut berkembang dengan pesat yang diakibatkan oleh adanya 4 faktor mama yaitu meningkatnya kompetisi antarlembaga keuangan, regulasi, teknologi, dan implikasi derivatif terhadap pasar yang menjadi dasar transaksi (underlying cash markets).’
Alasan lain yang cukup penting sebagai penyebab terjadinya inovasi di bidang keuangan adalah perubahan sistem nilai tukar. Rezim Bretton Woods yang menganut nilai tukar tetap (red exchange rates) telah diubah ke sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Perubahan tersebut telah mcngakibatkan terjadinya Iluktuasi yang besar dalam transaksi Valuta Asing (Valas) dan menambah ketidakpastian terhadap seluruh transaksi internasional,’ sehingga dibutuhkan adanya rekayasa keuangan (financial engeenering) untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Dalam hal perkembangan produk perbankan, perkembangan terjadi baik dalam produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana maupun produk-produk jasa keuangan lainnya. Salah satu produk inovasi yang diperkenalkan dalam bisnis perbankan dan keuangan adalah produk derivatif.
Istilah “derivatif” merupakan istilah generik untuk sejumlah instrumen keuangan. Istilah derivatif juga menunjuk kepada in-strumen utang (dikenal sebagai “derivatives securities”). Derivatif sebagai instrumen utang seperti ini tidak menjadi bahasan buku
Buku ini juga tidak membahas jual-beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang No. 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
Para ahli sejarah telah menemukan bahwa transaksi derivatif telah terjadi semenjak tahun 2000 SM yang terjadi di Pulau Bahrain. Sejenis kontrak dengan elemen penyerahan kemudian (future delivery) ditemukan juga di Mesopotamia 4000 tahun yang lain. Future contract juga ditemukan di I nggris pada tahun 1275. Tulisan lain ada yang menyebutkan bahwa pasar komoditas yang diatur (regulated) juga ada di China, Mesir, Arabia dan India pada tahun 1200 SM. Perdagangan berjangka komoditas (commodityfuture trading) juga terjadi di Amsterdam pada tahun 1600-an dan perdagangan berjangka atas “kupon” beras juga terjadi di Jepang pada abad ke-18.
Walaupun demikian, pasar future yang berfungsi secara penuh sebagaimana dikenal dewasa ini baru terjadi pada pertengahan abad ke-18 ketika pasar future didirikan di Chicago. Sejumlah kontrak perdagangan future yang terjadi dimulai di Board of Trade of the City of Chicago. Sampai dengan tahun 1970-an, pasar futures utamanya terkait dengan komoditi, seperti jagung, kacang kedelai, dan logam mulia seperti emas dan timah. Kekacauan yang terjadi di dunia keuangan pada awal tahun 1970-an, kenaikan harga minyak, peningkatan inflasi dan tingkat suku bunga yang fluktuatif serta perubahan dari sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rates) kepada sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rates) telah mengakibatkan timbulnya pemikiran untuk melakukan perlindungan terhadap fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai kurs dengan menggunakan future contracts dengan cara yang sama yang digunakan untuk melindungi fluktuasi harga komoditi lebih dari satu abad yang lalu.
Pada tahun 1972 di Chicago ketika the International Monetary Market (divisi dari the Chicago Mercantile Exchange) mem-perkenalkan currency future contract, selanjutnya financialfutures telah memperoleh popularitas di berbagai bursa dunia seperti London, Tokyo, dan Singapura. Futures kontrak tingkat bunga mula-mula diperkenalkan di Chicago Board of Trade pada bulan Oktober 1975, ini merupakan sertifikat dari Government National Mortgage Association (GNMA) yang terkenal dengan sebutan Ginnie Mae. Long-term US treasury bonds dan one year treasury bill mengikuti Ginnie Mae, kemudian the Chicago Board of Trade memperkenalkan futures contract untuk commercial paper 90 hari, kemudian the Mercantile Exchange mengeluarkan kontrak treasury bill untuk 90 hari. Pada saat ini kontrak financial futures didasarkan atas serangkaian instrumen keuangan yang berupa tingkat bunga, mata uang dan index harga saham.
Perkembangan transaksi derivatif juga terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Eropa. Pasar terpenting dari futures dan options di Eropa adalah EOE (European Options Exchange), LIFFE (London International Financial Futures Ex-change), LTOM (London Traded Options Market) dan MATIF (Marche a lerme des Instruments Financiers).
PEMASARAN PRODUK PERBANKAN
Sekarang ini bank tidak menggunakan cara lama dalam operasionalnya, yaitu menunggu nasabah masuk dalam kantor untuk menabung, mendepositokan uangnya atau melakukan setoran giro/cek sebagai aktivitas dalam usaha. Sekarang ini bank justru aktif untuk mendapatkan nasabah baik kecil maupun besar yang mau menyimpan uangnya pada bank maupun meminjam uang pada bank. Nah, untuk melakukan hal tersebut tentunya bank membutuhkan tim yang namanya tim pemasaran. Tim pemasaran ini nantinya yang aktif menjemput bola, artinya mereka dengan aktif turun ke lapangan untuk mendatangi nasabahnya yang akan menaruh uangnya di bank maupun meminjam uang di bank.
Untuk mempertahankan nasabah besar, bank menggunakan tim andalnya agar nasabah besar itu tidak lari tetapi tetap setia menaruh uangnya di bank tersebut. Mekanismenya adalah para marketer melakukan human relation, dengan cara mengunjungi nasabah, menelepon nasabah, memberikan berbagai informasi mengenai perkembangan mata uang dan program-program yang bernilai pada nasabah. Tentunya aktivitas seperti ini membutuhkan tenaga pemasar yang andal karena menghadapi tipe nasabah yang satu ini perlu pemahaman dan pengetahuan yang luas dan hubungan kemanusiaan yang tinggi.
Berbeda lagi dengan cara bank menyalurkan uangnya. Setelah menerima uang tentunya bank harus menyalurkan uangnya. Sejak ada metode retail banking, bank didorong untuk menyalurkan uangnya kepada nasabah yang membutuhkan. Dahulu mungkin kredit menggunakan agunan, sekarang ini untuk pinjaman tertentu sudah tidak menggunakan agunan lagi. Kredit tanpa agunan ini sedang gencar-gencarnya ditawarkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan siapa yang menawarkan produk pinjaman tanpa agunan ini, tentunya tim marketing. Bank Standard Cartered memiliki marketer untuk produk pinjaman tanpa agunan sampai beratus-ratus orang. Anda bisa membayangkan ini barn satu bank, belum lagi bank lain yang melakukan hal yang sama tentunya semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan.
Selain kredit tanpa agunan ada lagi produk perbankan yang sekarang ini lagi menjadi tren, yaitu kartu kredit. Nah, siapa yang akan menawarkan kartu kredit tersebut ke masyarakat kalau bukan orang-orang marketing. Untuk menawarkan kartu kredit, pihak perbankan sudah melakukan penawarannya di plaza-plaza. Di ATM-ATM yang dikunjungi nasabah. Serta tempat-tempat lain, di mana calon nasabah dapat dibidik secara langsung. Kalau melihat aktivitas perbankan sampai hari ini berarti sektor yang sebelumnya tidak menggunakan tim marketing kini sudah menggunakan tim marketing untuk menawarkan jasanya.
Berkarier di perbankan sama menariknya dibanding dengan berkarier di industri yang lain. Kalau mengintip gajinya dari hasil survei JCI Kimberley, tentunya gaji orang-orang pemasaran perbankan cukup menarik (bisa di lihat di tabel gaji!). Kemudian fasilitas mereka juga cukup bagus seperti mendapatkan anggaran untuk membeli mobil, mendapatkan stock option, bonus sampai 6 kali gaji, komisi serta jamsostek. Kalau dilihat jabatan yang disandang tim marketing perbankan, maka dapat diketahui jenjang jabatannya berdasarkan tangga yang tahapnya cukup menarik, terutama kenaikan gaji dan fasilitasnya.
Mekanisme kekaryawanan, perbankan biasanya akan merekrut karyawan-karyawan tetap untuk posisi-posisi marketing yang strategis. Sedangkan untuk yang levelnya di bawah biasanya akan menggunakan outsourching untuk membantunya. Dalam memasarkan kredit tanpa agunan dan kartu kredit bank menggunakan tenaga pemasaran dari outsourching. Sementara itu orang-orang yang melakukan appraise adalah orang-orang andal yang direkrut sebagai karyawan tetap. Meskipun demikian untuk pekerjaan yang uangnya bernilai besar tetaplah menggunakan tenaga pemasaran yang merupakan karyawan tetap.
Selain itu di perbankan yang menarik adalah pendidikan dan peningkatan skill yang dilakukan terus menerus agar SDM yang dimilikinya memiliki kemampuan lebih dibanding SDM bank pesaing. Sebulan untuk peningkatan SDM berupa training bisa minimal 2 kali. Serta tidak jarang perusahaan juga akan mengundang pembicara dari luar untuk memotivasi karyawan agar tetap bersemangat dalam meniti karier dan pekerjaannya. Tidak itu raja Anda bisa dapatkan banyak hal di perbankan jika menekuni bidang marketingnya. Peluang untuk mendapatkan penghasilan besar tentunya akan terbuka lebar, apalagi jika ingin kaya, Anda pasti bisa meraihnya asal tahu caranya bagaimana mengelola penghasilan Anda.

Jatuh Cinta itu Bikin Tubuh Sehat

Jatuh Cinta Itu Bikin Tubuh Sehat - Jangan pernah merasa bosan jatuh cinta,pasalnya jatuh cinta akan membuat kamu selalu hidup sehat dan bahagia.Efek cinta dan kesehatan memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain.

Inilah 8 manfaat kesehatan jika jatuh cinta :

1. Mengurangi depresi dan penyalahgunaan zat
Berdasarkan laporan dari Health and Human Services diketahui bahwa cinta dan kasih sayang bisa mengurangi depresi baik bagi laki-laki maupun perempuan. Selain itu perasaan cinta juga berkontribusi besar dalam mencegah penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang terutama di kalangan dewasa muda.

2. Menurunkan tekanan darah
Hasil penelitian dari Annals of Behavioral Medicine menemukan bahwa rasa cinta yang dimiliki seseorang baik dari pasangan, keluarga atau orang-orang disekitarnya mampu menurunkan tekanan darah. Hal ini karena adanya hubungan yang positif dengan orang lain.

3. Mengurangi kecemasan
Peneliti dari State University of New York di Stony Brook menggunakan MRI fungsional untuk melihat otak orang yang sedang jatuh cinta, didapatkan adanya aktivasi pada bagian otak yang mengatur untuk menenangkan. Efek yang timbul hampir sama seperti orang menggunakan kokain. Hasil penelitian ini telah dipresentasikan dalam konferensi Society of Neuroscience tahun 2008.

4. Mengontrol rasa sakit secara alami
Sebuah laporan dari CDC Amerika Serikat menuturkan rasa cinta dan aksih sayang bisa mengaktifkan bagian otak yang berfungsi mengontrol rasa sakit. Semakin besar rasa cinta yang dimiliki maka semakin besar efek yang didapatkan seseorang.

5. Manajemen stres yang baik
Jika cinta bisa membantu seseorang mengatasi rasa sakit, maka hal ini menunjukkan bukti bahwa cinta bisa membantu mengatur kadar stres dan memberikan dukungan dalam hubungan sosial. Jika seseorang sedang stres dan memiliki dukungan dari orang-orang yang dicintainya maka ia akan mampu mengatasi masalah dan merasa lebih baik.

6. Mengurangi kunjungan ke dokter
Peneliti dari Carnegie Mellon University menemukan bahwa rasa cinta bisa membangun emosi positif yang memberikan dorongan terhadap sistem kekebalan tubuh sehingga orang lebih jarang sakit. Selain itu hubungan yang positif ini juga membuat seseorang lebih peduli untuk merawat dirinya sendiri.

7. Menyembuhkan sakit lebih cepat
Kekuatan hubungan positif dan cinta bisa membuat luka cepat sembuh. Hal ini berdasarkan penelitian dari Ohio State University Medical Center yang dipublikasikan dalam Archives of General Psychiatry.

8. Hidup lebih bahagia
Salah satu manfaat cinta yang terlihat jelas adalah sukacita yang membuat seseorang merasa lebih bahagia. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology menemukan bahwa kebahagian lebih tergantung pada kualitas suatu hubungan dibanding dengan tingkat pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa rasa cinta dan kasih sayang bisa membuat seseorang jauh lebih bahagia.

Kamis, 17 Februari 2011

MENGELOLA KEKAYAAN MINYAK DI TIMOR-LESTE

Latar Belakang.
Visi Pemerintah timor-leste adalah memberantas tingkat kemiskinan melalui pengelolaan Minyak Timor-lsete dengan meningkatkan pendapatan selama kurung waktu beberapa dekade berikutnya. namun demikian pemerintah masih mengalami tantangan untuk mencapai visi tersebut yakni, keterbatasan sumber daya manusia.
Dapat membandingkan bahwa sejarah telah mengambarkan sebuah paradoks- yaitu negara-negara kaya dengan pendapatan melalui sumber daya minyak dan gas, cenderung menurun performancenya dari waktu kewaktu tanpa tujuan yang jelas. kegagalan sumber daya ini adalah merupakan sebuah fenomena yang kompleks melalui kelimpahan pendapatan akan sumber daya yang dapat diterjemahkan kedalam stagnasi, korupsi limbah dan konflik yang berkepanjangan.
Hal ini terjadi akibat perkembangan potensial yang masih kurang, satu hal yang pasti adalah meskipun untuk mengatasi tantangan-tantangan ini sesuatu kondisi yang diperlukan adalah untuk menerapkan kebijakan makroekonomi yang berhati-hati dan memperkuat kerangka kelembagaan, khususnya pengelolaan keuangan publik. singkatnya adalah penting untuk tidak menghabiskan terlalu banyak dan tergesa-gesa.

2. Sebua model pengelolaan Dana Minyak
pendapatan dari sektor minyak bumi adalah baik, besar bila dibandingkan dengan perekonomian domestik dan sangat fluktuatif, karena memiliki kerangka yang solid yang dirancang khusus untuk menangani karakteristik tersebut.

Rabu, 16 Februari 2011

Timor-Leste’s Petroleum Fund, what future?

The Ministry of Finance, in collaboration with the Norwegian Petroleum Assistance Program, held a Petroleum Fund Management Seminar in Díli, from Monday 10th to Tuesday 11th May.
Members of Parliament, Government, civil society, students and media attended the Seminar, which had the purpose of starting a national dialogue on the best way to manage Timor-Leste’s petroleum wealth, making use of the international and national experts.
The main issues discussed were the petroleum’s impact on the domestic economy, investments in the international financial market and the consequences of different future investment strategy options for the Petroleum Fund in Timor-Leste.
For many developing countries petroleum has had an adverse impact on the domestic economy due to its characteristics. However, all speakers at the Seminar agreed that Timor-Leste has a started its management in the best way, having already established institutions and mechanisms to avoid such negative effects, often called “the petroleum curse”. Nevertheless, the Seminar also highlighted the importance of fiscal discipline, development of human capital and the need for patience in order to achieve the best outcomes in diversifying the economy.
The Seminar also focused on the Santiago Principles, which are Principles and Practices generally accepted by all Sovereign States, throughout the world, which possess petroleum wealth. The principles are important as to ensure sound management and highlights transparency as a key factor.  The Government of Timor-Leste has actively participated in the development of these principles that were adopted in Santiago in October 2008.
More information about the Seminar, including the presentations given by the international and nation experts are available at the Ministry of Finance’ website.

Teori Microeconomi

 
PERMINTAAN, PENAWARAN DAN EKUILIBRIUM :
SUATU TINJAUAN


Jumlah suatu komoditi yang tersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan nasional individu, harga komoditi lain, dan citarasa individu. Melalui variasi harga komoditi yang tertentu tadi, dengan asumsi faktor lainnya konstan (asumsi ceteris paribus), diperoleh skedul permintaan individu untuk komoditi itu.Dalam skedul permintaan dapat dilihat bahwa semakin rendah harga X, akan semakin besar jumlah X yang diminta oleh seseorang. Hubungan terbalik antara harga dan jumlah ini akan tercermin dalam kurva permintaan yang mempunyai kemiringan negatif. Dengan pengecualian dari kasus yang sangat jarang terjadi, kurva permintaan selalu mempunyai kemiringan menurun, menunjukkan bahwa bila harga komoditi turun, akan lebih banyak komoditi yang dibeli, yang biasa disebut hukum permintaan. Bilamana salah satu dari kondisi ceteris paribus berubah, maka seluruh kurva permintaan akan bergeser. Ini disebut sebagai perubahan permintaan sebagai lawan dari perubahan jumlah yang diminta, yang merupakan pergerakan sepanjang kurva permintaan yang sama.
Permintaan pasar atau permintaan agregat untuk suatu komoditi menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu, pada berbagai harga alternatif, oleh semua individu di dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu dan selanjutnya pada jumlah pembeli komoditi tersebut di pasar. Secara geometris, kurva permintaan pasar untuk suatu komoditi diperoleh melalui penjumlahan horisontal dari semua kurva permintaan individu untuk komoditi itu.

Jumlah komoditi yang ditawarkan produsen selama periode waktu tertentu adalah fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu dan biaya produksi untuk produsen tersebut. Agar dapat diperoleh skedul penawaran untuk produsen dan kurva penawaran suatu komoditi, faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi biaya produksi harus dipertahankan konstan (ceteris paribus) yaitu faktor teknologi, harga input yang diperlukan untuk memproduksi, dan untuk komoditi pertanian, kondisi iklim dan cuaca. Dengan asumsi semua faktor tersebut konstan sementara harga komoditi bervariasi, akan diperoleh skedul penawaran dan kurva penawaran seorang produsen.
Dalam skedul penawaran akan terlihat bahwa semakin rendah harga komoditi X, akan semakin sedikit jumlah komoditi X yang ditawarkan produsen dan sebaliknya. Hubungan langsung antara harga dan jumlah ini tercermin pada kemiringan positif dari kurva penawaran. Namun demikian, sementara dalam kurva permintaan dapat berbicara mengenai “hukum permintaan yang memiliki kemiringan negatif”, maka dalam kurva penawaran tidak dapat berbicara tentang “hukum penawaran yang memiliki kemiringan positif”. Meski kurva penawaran biasanya mempunyai kemiringan positif, kurva ini juga mempunyai kemiringan nol, tidak terhingga atau bahkan negatif, sehingga tidak mungkin dibuat pernyataan umum (generalisasi).
Jika faktor-faktor yang dianggap konstan dalam memperoleh skedul penawaran dan kurva penawaran (syarat ceteris paribus) berubah, maka seluruh kurva penawaran akan bergeser. Hal ini disebut sebagai perubahan atau pergeseran penawaran dan harus dibedakan secara tajam dari jumlah yang ditawarkan (yang menunjukkan pergerakan sepanjang kurva penawaran yang sama).
Penawaran pasar atau penawaran agregat dari suatu komoditi memberikan jumlah alternatif dari penawaran komoditi dalam periode waktu tertentu di berbagai harga alternatif oleh semua produsen dalam pasar. Penawaran pasar komoditi itu tergantung pada semua faktor yang menentukan penawaran produsen secara individu, dan seterusnya pada jumlah produsen dalam pasar.
Ekuilibrium mengacu kepada kondisi pasar yang, sekali dicapai, cenderung untuk bertahan. Dalam teori ekonomi hal ini terjadi bila jumlah komoditi yang diminta dalam pasar per unit waktu sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan selama periode yang sama. Secara geometris, ekuilibrium terjadi pada perpotongan antara kurva permintaan pasar atas komoditi dan kurva penawaran pasar. Harga dan jumlah yang menjamin kondisi ekuilibrium ini masing-masing dikenal sebagai harga ekuilibrium dan jumlah ekuilibrium.
Kondisi ekuilibrium dikatakan stabil jika setiap penyimpangan dari titik ekuilibrium akan menggerakkan kekuatan-kekuatan pasar dan mendorong kembali ke kondisi ekuilibrium. Sebaliknya, jika semakin menjauh dari titik ekuilibrium, maka akan berada pada kondisi ekuilibrium yang tidak stabil. Ekuilibrium yang tidak stabil terjadi bila kurva penawaran pasar mempunyai kemiringa negatif yang cenderung kurang curam daripada kurva permintaan pasar yang mempunyai kemiringan negatif.
Jika kurva permintaan pasar, kurva penawaran pasar, atau keduanya bergeser, titik ekuilibrium akan berubah. Ceteris paribus, kenaikan permintaan (pergeseran keatas) menyebabkan berturut-turut kenaikan harga ekuilibrium dan jumlah ekuilibrium. Di lain pihak, dengan permintan pasar yang tertentu untuk suatu komoditi, kenaikan penawaran pasar (pergeseran penawaran ke bawah) menyebabkan pengurangan harga ekuilibrium dan kenaikan jumlah ekuilibrium. Keadaan yang sebaliknya terjadi untuk penurunan dalam permintaan dan penawaran. Jika masing-masing permintaan dan penawaran pasar meningkat, jumlah ekuilibrium akan naik tetapi harga ekuilibrium mungkin naik, turun atau tidak berubah.


Lebih lanjut tentang: Teori MIKROEKONOMI

Perkembangan Sistem Moneter Internasional

 
PERKEMBANGAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.
1. Sistem Standar Emas 1870 - 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh banyak negara hingga Perang Dunia I.
2. Zaman Bretton Woods, 1944 - 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Sistem kurs valuta asing yang dipakai semula adalah kurs tetap dan tidak memperbolehkan negara anggota melakukan pengawasan devisa (exchange control) kecuali mengalami krisis moneter atau defisit neraca pembayaran yang hebat. Pada masa tersebut dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran internasional.
3. Sistem Semenjak 1973
Sejak tahun 1973, sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang beberapa negara besar berfluktuasi tergantung dari permintaan dan penawaran, dan seringkali penguasa moneter negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.

CARA - CARA MELAKUKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat digunakan beberapa cara, antara lain:

1. CashPembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta dokumen-dokumen.
3. Commercial Bill of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
4. Letter of Credit
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
5. Private Compensation
Adalah penyelesaian pembayaran dengan kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.


Lebih lanjut tentang: Ekonomi INTERNASIONAL

Malamku

Ketika malam menjelang,
suasana sunyi hati ini pun memeluk erat dalam diri.
Dibalik jendela,
ku layangkan mata sejauh mata memandang,
lalu ku langkahkan kaki ini dan keluar dari penjara kesunyian.
Dengan bertemankan bintang-bintang dan cahaya rembulan,
aku duduk diatas batu hitam dibawah bawah pohon tomst belakang rumahku,
kupetik gitar usang yang selalu menemaniku kala resah hati menikam rasa,
nyanyikan lagu syahdu.
semilir angin menyentuh membasuh sekujur tubuhku.
jangkrik-jangkrik turut bernyanyi bersama melewati malam.
diantara semak-semak tepi jalan,
terdengar lirih alunan suara lalu lalang yang seolah ikut bernyanyi.
rasa sepi dalam hati ini perlahan-lahan pergi meninggalkanku.
Tak terasa malam semakin larut,
dan dinginnya angin malam menusuk hingga ke sendi-sendi tulang ini.
kugenggam suasana ini dan kubawa tuk temani tidurku serta warnai mimpi-mimpi,
agar hari esok mentari hati bersinar seri tanpa terhalang keresahan..

Rahasia Bumi dan Penciptanya

Bumi...
Oh... Bumiku...
Ku takhlukkan tingginya gunungmu
Ku pecahkan dalamnya lautmu
dan Kupatahkan rimbunnya hutanmu

Agar ku tahu rahasia di sebalik gunungmu
Agar kumengerti rahasia dalamnya lautmu
Agar kufahami rahasia rimbun hutanmu

Karna akulah Sang Pecinta Alam
yang kan selalu mencintai dan melindungi Alam.

Supaya kelak generasi penerusku dapat mengungkap dan memahami rahasia yang belum aku mengerti hari ini.

Terbitnya Irama Cinta dalam Jiwa

Pada hembusan angin malam
Kutitipkan secuil kerinduan
Luahan rasa dalam hati
Berharap benih tersemai
kan terus mekar dan bersemi

Sungguhpun bayang-bayang ayu-mu
Kian melekat dalam benak ini
hingga tak sedetikpun berpaling
sebab hanya padamu kasihku kan berlabuh
membawa mahkta cinta suci

Bila malam merajut sepi
pada Yang Esa kupanjatkan Do'a
Agar rasa erat dalam jiwa
Bersama terbitnya nada
Irama kasih sayang
antara kita.

Arti Cinta Sejati

Cinta...
Adalah serpihan irama yang senantiasa mengalir dalam nadi kehidupan manusia.

Tanpa perasaan Cinta, manusia bagaikan se-ekor burung tanpa sayap, yang tiada daya untuk terbang, untuk mencari arti kehidupan.

Cinta ibarat sinar rembulan yang menerangi kegelapan malam.
Cinta laksana embun yang akan menyejukkan di kala pagi.
Namun, Terkadang Cinta pula bagaikan Bara api yang dapat membakar diri.

Bila serpihan Cinta telah merasuk dalam hati manusia.
Maka, Cinta akan merajai setiap pemujanya.
Dan mereka tak akan kuasa mengelak ataupun menentukan jalan cinta.
Sebab, Cinta lah yang akan menentukan jalan mereka.

Cinta sejati senantiasa memberi, bukan meminta.
Dalam Cinta sejati, kebahagiaan insan yang diCintai lebih penting daripada kebahagiaannya sendiri.
Bila insan tercinta lebih bahagia bersama orang lain, maka dia rela melepaskannya dengan senyuman.

Penyebab Kredit Bermasalah (NPL)

Sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Self Dealing
Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit yang tidak layak atas dasar yang kurang sehat terhadap nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa pemberian imbalan dari nasabah.
2. Anxiety for Income
Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit  sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.
3. Compromise of Credit Principles
Pelanggaran prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung risiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah.
4. Incomplete Credit Information
Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.
5. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements
Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit-kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank.
6. Complacency
Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan
7. Lack of Supervising
Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.
8. Technical Incompetence
Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan meupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan baik.
9. Poor Selection of Risks
Risiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:
a.       Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank.
b.      Pejabat kredit harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya.
c.       Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai taksasi jaminan yang mengcover kredit yang diberikan
d.      Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan risiko yang dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.
e.      Pejabat kredit harus mampu mendeteksi risiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank.
f.        Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
10. Overlending
Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah.
11. Competition
Competition merupakan risiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.

Puisi

Asmaraku.
Ketika mentari pagi, menyongsongkan dimuka bumi
hatiku terasa ngengat, usai labuan dalam mimpiku
pikiranku seakan mengenan sesuatu, tentang asmaraku.

Haripun mulai meninggi, dag-dig denyut jantung ini,
bilaman mana penagih janji akan tiba,
buat bertemu dengan asmaraku.
Namun.........................
ketika tiba saatnya, ada berita mengejutkan
tiba-tiba motor pak pos mendarat tepat didepan pintu rumahku.
aku terkejut, ketika menyodorkan sebuah amplop berwarna

Aku, membukanya dan membaca isinya
ternyata, bukan berita gembira tetapi berita duka..

Asmaraku,, tiada kata pun yang kuucapkan, hanyalah selamat jalan
meskipun berlinan airmata ini, sesaat mengenan kisah-kasih diantara kita.


by Arivana-Dili Timor-leste

QR Petroleum Fund of Timor-Leste

The Petroleum Wealth of Timor-Leste for 2010 is calculated at US$16.7 billion, which is consist of the balance of the Petroleum Fund of US$ 5.3 billion and the Estimated Future Petroleum Revenue of US$ 11.4 billion. The ESI is 3% of the total Petroleum Wealth, equal to US$ 502 million for 2010.
The Petroleum Fund continues to increase from US$ 5,377 million by end of 2009 to US$ US$6,903 million by year end 2010. This is an increase of US$1,527 million. Petroleum Revenue Receipts (petroleum taxes, royalties and profit oil) were US$2,117 million and the Investment Return was US$221 million in 2010. The Government transferred a total amount of US$811 million to Treasury’s Account, which is US$309 million above the ESI.
The oil price slightly increased in 2010, from around $81 per barrel in January to US$91 per barrel in December 2010. The average WTI (West Texas Intermediate) oil price was US$79.5 per barrel in 2010. In 2010, the development plan for the Kitan field has been approved and the production will commence in 2011. The revenue stream from Kitan is expected to be around US$145 million over the lifetime of the project which is expected to cease in 2017.
The yield on US Government bonds, in particular with 2 to 5 years maturity, increased in Q1 and Q4 of 2010. Due to inverse relationship between bond yield and price, the market price of the bonds in the portfolio declined and resulted in a weak performance for the Petroleum Fund in both quarter. However, the average annual return was 3.8%, higher if compared to +0.6% in 2009. The return since the inception of the Petroleum Fund is 4.3% per annum, lower than 4.4% in 2009. This shows that in the long term, the current investment strategy will not achieve the 3% investment objective. Hence, PF Law amendment becomes more important to allow for more diversification of the Fund investment policy into other financial instruments, regions and currencies. The Government intends to submit amendments to the Petroleum Fund Law to Parliament in 2011.
In April 2010 the first global equity manager, Schroder Investment Management Limited, was appointed to start investing in global equity market. The mandate was implemented in October 2010 where Schroders managed around 4% of the total PF portfolio, equivalent to around US$260 million. Schroders performance in the first 3 months was around 6.6%. By the end of December 2010, Schroders managed approximately US$283 million of the Fund portfolio. According the amended Management Agreement signed between MoF and the BPA on 08 October 2010, the BPA, BIS and Schroders managed 76%, 20% and 4%, respectively, of the Fund portfolio.